“Gerakan-gerakan yang kita lihat di video YouTube seperti yang dilakukan David Belle dan anggota Yamakasi merupakan hasil dari sebuah latihan panjang selama belasan tahun,” ungkap Gio.
Gio mengatur nafasnya, bersiap-siap. Sejurus kemudian ia berlari dengan kencang, melompati pagar, kemudian memanjat tembok setinggi kurang lebih 2 meter. Dengan sigap Ia melompat lagi kemudian berguling dan langsung bangkit lagi untuk berlari lagi. Gio, sapaan akrab Giovanni Prymusa, bukan maling yang sedang terbirit-birit dikejar polisi atau terburu-buru karena mengejar bis. Ia sedang melakukan hobinya, yaitu Parkour.
Parkour. Dari namanya, jelas kata itu bukanlah bahasa Indonesia. Namanya terdengar asing di telinga atau Anda bahkan mungkin baru mengetahui namanya. Sebenarnya apa Parkour itu?
Secara harfiah Parkour bisa diartikan sebagai seni bergerak dan metode latihan natural yang bertujuan untuk membantu manusia bergerak dengan cepat dan efisien. Parkour mengunakan beberapa gerakan seperti berlari, memanjat, meloncat untuk melatih kemampuan manusia untuk melewati segala bentuk rintangan di berbagai situasi dan kondisi di lingkungan urban atau rural. Itu berarti untuk menolong seseorang melintasi rintangan, yang bisa berupa apa saja di sekitar lingkungan dari cabang-cabang pohon dan batu-batuan hingga pegangan tangan dan tembok beton. Dalam bahasa Prancis, negara tempat Parkour berasal, dikenal dengan l’art du déplacement atau seni gerak.David Belle, penemu Parkour, menyebutkan Parkour bertujuan untuk melatih efisiensi gerakan untuk membentuk badan dan pikiran seseorang untuk dapat menghadapi rintangan-rintangan dalam kondisi bahaya. Banyak orang awam yang melihat video-video Parkour mulai beranggapan bahwa Parkour adalah olah raga ekstrem dan menggolongkannya dengan olahraga seperti skate board, bmx dan lainnya. Sehingga banyak orang yang nekat melakukan gerakan-gerakan berbahaya yang akhirnya berakibat pada cedera serius. Padahal parkour tidak hanya berhubungan dengan nyali saja, tapi sangat berhubungan erat dengan pikiran matang, latihan fisik dan dan teknik yang terus menerus dilakukan.
“Gerakan-gerakan yang kita lihat di video YouTube seperti yang dilakukan David Belle dan anggota Yamakasi merupakan hasil dari sebuah latihan panjang selama belasan tahun,” ungkap Gio salah satu petinggi Parkour di ITB.
Aktivitas yang dilakukan Gio tadi kini sudah mulai dikenal luas oleh banyak orang terutama kalangan muda. Parkour yang pada satu dekade lalu hanya menjadi bagian dari latihan underground kecil-kecilan, kini telah berubah menjadi sebuah fenomena yang cukup meledak di dunia. Aktifitas gerak tubuh ini berkembang dengan cepat, menarik perhatian segala macam orang dengan tipe dan motif berbeda. Parkour yang sejatinya hanya sebuah olah tubuh kini sudah berubah menjadi hobi dan gaya hidup sendiri bagi pelakunya atau yang dikenal dengan istilahTraceur atau Traceuse.
Parkour sendiri masuk ke Indonesia pada tahun 2002, dan komunitasnya sendiri baru terbentuk pada 15 Juli 2007 di Jakarta dengan menamakan dirinya Parkour Indonesia. Tujuan dari terbentuknya sebuah komunitas yang mewadahi olahraga ini tidak lain adalah ingin mempromosikan olahraga parkour di Indonesia. Setahun kemudian Parkour Indonesia mulai melebarkan sayapnya dan membuat cabang-cabang di beberapa kota besar di Indonesia termasuk Bandung. Kini, mereka bahkan sudah mempunyai websitenya sendiri, yaituwww.parkourindonesia.web.id.
Akhirnya Komunitas Parkour Bandung pun resmi terbentuk pada tahun 2008. Dua tahun menjadi komunitas yang bebas, akhirnya pada tahun 2010 parkour Bandung mulai menjamah dunia kampus. Institut Teknologi Bandung (ITB) menjadi kampus pertama di Bandung yang menjadikan parkour sebagai unit kegiatan mahasiswa. Tetapi parkour tidak berdiri sendiri sebagai unit karena masih “menumpang” dan menjadi bagian dari unit kegiatan mahasiswa (UKM) yang bernama ATLAS (Atletik Ganesha).
“Ide awal berdirinya Parkour di ITB ini cuma iseng-iseng kumpul sama teman-teman yang hobinya sama. Setelah itu kepikiran buat bikin komunitasnya dan mengenalkannya lebih luas ke masyarakat,” ujar Gio.
Parkour di ITB ini mempunyai jadwal latihan yang rutin. Hari Minggu adalah jadwal latihan bagi para pemula atau beginner yang baru ikut UKM ini untuk mempelajari beberapa teknik dasar dan pembenahan mental. Hari Rabu digunakan oleh semua anggota untuk menggenjot dan mengkondisikan fisiknya. Sementara hari Jumat dimanfaatkan untuk para anggota unit yang sudah expert untuk melakukan aksinya.
Parkour ini termasuk olahraga yang lowcost alias murah meriah. Untuk berlatih parkour seorang tidak membutuhkan perlengkapan khusus. Cukup dengan menggunakan sepatu lari, kaos, dan celana yang nyaman untuk lari. Parkour adalah cara hidup, cara belajar untuk menguasai kemampuan diri kita dan terus berkembang ke level fisik yang lebih sehat.
Tidak hanya di ITB, Parkour Bandung pun mulai menjamah kampus-kampus lainnya seperti Itenas, Unisba, dan Unikom. Bedanya di tiga kampus ini Parkour hanya sebagai komunitas dan belum resmi menjadi sebuah unit kegiatan. Bahkan di Itenas ada seorang dosen yang masuk di komunitas ini dan aktif dalam kegiatan Parkour Bandung.Unit dan komunitas parkour di kota Bandung tidak pernah mengikuti kompetisi apapun karena pada dasarnya olahraga parkour memanglah sebuah olahraga yang ada dengan tujuan untuk dinikmati dan sangat menghindari persaingan. Untuk level dunia atau internasional pun memang tidak ada kompetisi untuk Parkour ini.
“Kompetisi tidak sesuai sama filosofi dan nilai moral dari parkour yang menjunjung tinggi idealismenya yaitu mengutamakan kebebasan,” ujar Gio.
Parkour ini mungkin bisa dijadikan alternatif para mahasiswa yang suntuk dengan kuliahnya untuk mengisi waktu luang dengan bermanfaat. Bagi mereka yang aktif dan senang dengan tantangan, parkour ini bisa dijadikan sebagai alternatif untuk menguji nyali dan fisik Anda. Selain sehat karena berolahraga, Anda juga mungkin bisa bertemu kenalan dan teman baru! Tertarik untuk mencobanya?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar