PENDAHULUAN.
Bahasa Arab adalah bahasa Al-Qur'an,bahasa Assunnah,bahasa buku-buku Islam,bahasa Surga.Mari pelajari baha Arab karena dengan mempelajarinya kita dapat memahami AlQur'an secara mendalam.Banyak buku - buku keimanan baik itu ilmu tentang tasawwuf,pendidikan atau kitab kuning yang mengenakan bahasa Arab.Di samping itu pahala bagi orang yang belajar baha Arab lalu mengamalkannya,pahala baginya. Bahasa Arab pernah mencapai puncak keemasannya dengan ditandai sering adanya lomba dalam mengubah syair,khutbah,petuah dan nasehat.Dengan kemampuan bersyair yang dimiliki akan membuat kabilah bereputasi baik.Dengan begitu penyair yang bagus dapat menjadi duta antar kabilah arab yang lain.
Makalah ini bermaksud untuk mengkaji aspek dalam bahsa Arab,khususnya untuk fi'il yang mempunyai makna berbeda dengan ism dan ism yang tidak dapat diwakili oleh fi'il.
PENGERTIAN FI'IL.
Menurut Abdul Aziz Zn-najjar, fi'il merupakan kata yang menunjukan peristiwa dan waktu tertentu dari proses terjadinya peristiwa tersebut.Sedang menurut Abbas Hasan,fi'il merupakan kata yang menunjukan dua hal yang bersamaan, yaitu peristiwa dan waktu yang menyertainya.
Fi'il terbagi menjadi tiga kategori:
1)Kata yang menunjukan peristiwa dan waktu yang telah berlalu (Fi'il madhi)
2)Kata yang menunjukan waktu yang menunjukan peristiwa dan waktu, baik sekarang maupun yang akan datang.(fi'il mudhari')
3)Kata yang menunjukan peristiwa yang dikehendaki keberadaannya pada masa yang akan datang(fi'il amr)
4)Kata yang menolah peristiwa akan keberadaannya pada masa mendatang (fi'il nahyi)
Fi'il dalam Al-Qur'an
Keistimewaan fi'il dapat dilihat dari berbagai dimensi, antaranya:
- Indahnya kesan bagi yang mendengar kata teresebut.
- Kesesuaian dengan makna secara sempurna
- Luas cakupan dalam kata, yang mena dilalah mufradat selain Al-qur'an biasanya tidak seluas cakupan
Keistimewaan diatas merupakan formulasi para ulama yang menggrandungi I'jaz Qur'an.Bahkan mereka tidak berhenti begitu saja, linguis Al-Qur'an telah mengarahkan penelitian mereka terhadap struktur kebahasaan yang digunakan Al-Qur'an dalam merangkain kalimat perkalimatnya.Struktur kebahasaan yang digunakan dikenal dengan istilah Uslub.Semakin mahir seseorang dalam berbaha arab semakin rumit uslub yang digunakannya.Seperti apa yang kita ketahui level berbaha ada yang diisebut balaghah,ilmu badiy, mantiq dan ilmu yang mempelajari struktur lainnya.
Dalam paradigma Syekh Abdul Azim Al-Zarqani, Uslub adalah metode ungkap yang digunakan pembicara dalam merangkai ucapan-ucapan dan memilih lafadz-lafadznya.Atau sebuah system ungkap yang menjadi ciri pribadi sang pembicara dalam menyampaikan makna yang disampaikannya.Beliau pula menjelaskan bahwa uslub dalam Al-Qur'an "Bukanlah hal asing jika Al-Qur'an memiliki uslub tersendiri, karena setiap ungkapan ilahi atau ungkapan manusia pasti memiliki uslub masing-masing.
Dari pernyataan diatas, maka dapat diketahui bahwa jika pemilihan kata yang telah dirangkai sempurna dalam kalimat akan terpenuhi dan terukur sampai mana instrumen kebahasaan seseorang.Secara garis besarnya, Uslub dalam Al-Qur'an memiliki keistimewaan seperti :
- Singkat padat
- Memuaskan pemikiran orang awam
- Memuaskan akal dan jiwa
- Ketetapan dan keindahan makna
Aplikasi penggunaa fi'il
fi'il banyak digunakan dalam Al-Qur'an,baik ditengah kalimat ataupun diawal.Sebagai contoh penerapan fi'il:
1) Surah Al-Baqarah : 14-15.
وإذا لقوا الذين آمنوا قالوا آمنا وإذا خلوا إلي شياطينهم قالوا إنا معكم إنما نحن مستهزءون. الله يستهزئ بهم ويمدهم في طغيامهم يعمهون
Artinya:
"Dan bila mereka berjumpa dengan orang-orang yang beriman,mereka mengatakan:"Kami telah beriman".Dan apabila mereka kembali ke syaitan-syaitan mereka, mereka mengatakan :"sesungguhnya kami sependirian dengan kamu, kami hanyalah berolok-olok.Allah akan membalas olok-olokan mereka dan membiarkan mereka terombang-ambing dalam kesesatan mereka."
Ayat diatas dapat diketahui bahwa Allah menerangkan sikap orang munafik ketika bertemu dengan orang muslim dan orang kafir.Dimana mereka menyimpulkan bahwa kompromi mereka dengan orang mukmin secara lahiriyah hanyalah bentuk ejekan.Apa yang akan dikerjakan orang munafik itu fi'il madhi dhamirnya menyambung ciri wawu dan alif itu berarti taqdirnya mereka (خلوا).Lalu apa yang telah dia katakan pun menggunakan fi'il madi muttashil taqdirnya mereka (قالوا) Allah Swt menjawab ejekan dengan bentuk fi'il mudhari' (يعمهون,يمدهم,يستهزئ).
Hikmah dari pemilihan fi'il dalam Al-Qur'an
Fi'il memiliki kandungan khusus yang tak dapat diwakili oleh ism.Hal ini disebabkan karena arti dari fi'il yang menunjukan makna terjadi terus-menerus sehingga makna yang diwakili selalu baru dan segar.Seperti apa yang telah ditegaskan Imam Bahruddin As-syarkazi :fi'il menunjukan makna yang senantiasa baru(tajaddud) dan senantiasa terjadi terus-menerus (Al-Hudduts)"
Sebenarnya fi'il tidaklah terakomodasi secara implisit dalam bentuk kata,melainkan hanya muncul dalam syighat yang digunakan.Hal ini menyebabkan kehadirannya dalam Al-Qur'an dipastikan hanya terbaca oleh orang yang memiliki rasa bahasa yang tinggi.
KESIMPULAN
Berdasarkan deskripsi diatas kita dapat menarik kesimpulan antaranya:
Fi'il senantiasa mempunyai makna baru dan terus menerus
Tahadduh pada fi'il madhi menunjukan telah terjadi suatu kejadian, sedang fi'il mudhari' tahaddu berarti yang selalu terjadi berulang kali.
Semakin baik uslub seseorang, semakin tinggi pula level kebahasaannya.
Daftar Pustaka
Abdul Aziz An-najjar,Dhiya'us Salik Ila Alfiyati Ibnu Malik(Mesir Maktabah As-Sa'adah)
M Quraish Syihab, Mukzizat Al-Qur'an : ditinjau dari Aspek kebahasaan, isyarat ilmiyah dan pemberitaan ghaib, (Jakarta : Mizan).Cet. 4,Th.1998.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar